Ipotnews - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) pada perdagangan pekan ini diprediksi berbalik menguat, terkatrol sejumlah faktor dari Amerika Serikat, Eropa maupun dalam negeri.
Praktisi pasar modal dan dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Universitas Trisakti, Hans Kwee, mengatakan IHSG berpotensi konsolidasi menguat dengan support di level 7.072-7.025, dan resistance di rentang 7.266-7.300.
"Data ketenagakerjaan Amerika yang menambahkan lebih sedikit lapangan kerja, upah naik di bawah perkiraan dan tingkat pengangguran yang meningkat mengindikasi data lapangan pekerjaan yang lebih lemah dari ekspektasi," kata Hans dalam keterangan tertulis, Minggu (5/5).
Sebelumnya, FOMC memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga di level 5,25-5,50%, dan Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga di sisa tahun ini meski inflasi belum mencapai target 2%.
"Pernyataan ini memberikan dampak cukup besar pada pasar keuangan," ujar Hans.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) langsung tergelincir, sementara rupiah terlihat mulai menguat dan pasar saham kembali bangkit. Pelaku pasar berharap the Fed dapat melakukan dua kali pemotongan tahun ini, dan diperkirakan dimulai pada September.
Selain itu, Bank Sentral Eropa (ECB) berpotensi mendahului the Fed dalam melakukan pemotongan suku bunga. Diperkirakan ECB melakukan 3 kali pemotongan dimulai Juni.
Volatilitas harga minyak menurun akibat melemahnya permintaan global, meningkatnya persediaan dan memudarnya harapan untuk penurunan suku bunga Amerika lebih cepat.
"Pekan ini pelaku pasar menantikan data PDB Indonesia kuartal I-2024 yang diperkirakan tumbuh 5% dari sebelumnya 5,04% secara tahunan, dan -0,89 % secara kuartalan," kata Hans.
Mengutip data aplikasi IPOT , Jumat (3/5), dalam seminggu terakhir, IHSG bergerak melemah dari 7.155 menjadi 7.134, turun 21 poin atau 0,3%. (Adhitya/ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM
